Dewa Yang Disembah Orang Bali

Memegang Kuat Tradisi

Tak dipungkiri, Bali yang dikunjungi oleh banyak pendatang membuat Pulau Dewata mudah terpapar tradisi luar. Salah satunya modernisasi pada arsitektur rumah, keberadaan ruang tamu merupakan adaptasi dari peradaban Barat.

Kebiasaan makan pakai sendok juga merupakan adaptasi dari budaya penjajah, sebab diterangkan oleh Gde Aryantha bahwa orang Bali sejak dulu makan dengan posisi jongkok dengan meja yang rendah. Hal ini merupakan keunikan sebuah tradisi yang masih ada hingga sekarang namun tak banyak lagi dilakukan.

"Jadi Bali itu disukai di dunia karena unik dan otentik, tidak ada di dunia. Itu selalu saya bilang di buku-buku saya. Dalam kehidupan modern, orang Bali jelas ada yang terbawa pengaruh Barat. Tapi semua tergantung pola pikir, sehingga bisa membedakan mana yang sekiranya mampu memajukan peradaban," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa orang Bali itu kuat dengan tradisi, hal inilah yang menjadi benteng. Sehingga meskipun ada budaya Barat yang masuk, tetap orang Bali mampu menjaga tradisinya.

"Misalnya kesenian Barong, itu kan ada barongsai. Ornamen-ornamen ukiran-ukiran itu kan pengaruh cina, pengaruh mesir ada juga. Tapi kehebatannya orang Bali sebagai makhluk seni, yang mereka terima itu mereka create menjadi suatu yang baru. Sehingga ketika mereka masuk ke ranah tradisi, mereka jadi disiplin, jadi baik. Itu juga suatu yang unik, bagaimana pengaruh luar tidak sampai masuk ke jantung, ke intinya. Cuma di permukaan saja," pungkas Gde Aryantha.

Ada Akulturasi Budaya dan Agama

Desa Pegayaman adalah desa dengan mayoritas penduduk beragama Islam, di tengah lingkungan masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu. Dalam buku Bali Menggugat oleh Putu Setia, diceritakan bahwa mereka tetap mempertahankan tradisi Bali. Mereka juga tetap menggunakan nama-nama asli Bali seperti Wayan, Nengah, Ketut, Made, sebagai nama khas orang Bali sesuai urut kelahiran.

Salah satu budaya yang masih dipertahankan yakni Ngejot, membawa makanan ke tetangga sebagai sarana silaturahmi. Hal ini dilakukan pada bulan-bulan puasa. Penduduk setempat masih memegang teguh tradisi Bali selama tidak melanggar keyakinan beragama, terlebih jika itu berbagi dengan orang lain.

Selain itu ada pula tradisi Muludan sebagai perayaan lahirnya Nabi Muhammad, warga Pegayaman mulai membuat ogoh-ogoh (patung raksasa yang biasa dipakai umat Hindu dalam menyambut Hari Raya Nyepi) yang kemudian diarak warga.

Nah detikers, itulah tadi penjelasan lengkap mengenai kebiasaan orang Bali yang jadi ciri khas dan daya tarik bagi para wisatawan. Sungguh unik dan membanggakan ya? Kini tak heran mengapa Bali selalu jadi primadona dalam wisata.

Ramah dengan Pendatang

Orang Bali punya kultur yang selalu ramah dan terbuka dengan kehadiran pendatang. Sebetulnya, kebanyakan orang Indonesia memang punya cara sendiri menyambut tamu, yakni dengan beramah tamah. Sambutan hangat tak hanya jadi kultur bagi orang Bali, namun juga penduduk Jawa Tengah, Yogyakarta, Bandung, dan beberapa kota lain pun memang berusaha welcome dengan pendatang.

Hal tersebut dibenarkan oleh Gde Aryantha Soethama saat dihubungi detikcom, Selasa (26/10/2022). Seniman, sastrawan, sekaligus penulis buku asal Bali ini menjelaskan bahwa kebanyakan orang Indonesia disebut 'gampang guyub'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang Indonesia dan orang-orang Timur itu gampang guyub. Kita punya kebiasaan atau culture yang suka dengan kebersamaan. Sementara di Bali, terdapat keunikan dan keotentikan dari culture 'guyub' itu. Inilah yang membuat pendatang betah," jelasnya.

Sering kita melihat rutinitas para penduduk ibu kota, saat jenuh mereka memilih untuk refreshing sejenak ke Bali atau bahkan membawa pekerjaannya sembari healing di Bali. Pulau Dewata terasa begitu menenangkan dan menyimpan kesan tersendiri bagi para pendatang.

"Pendatang bisa dari mana saja, mungkin turis mancanegara maupun domestik. Bagi para pelancong, orang Bali itu nampak hidupnya santai banget. Ini karena culture petani yang melekat di orang-orang Bali," jelas pria berusia 67 tahun tersebut.

Ia pun menjelaskan bahwa petani biasanya menghadapi musim tanam, ada jeda mereka untuk bersantai di tengah kerja yang berat. Saat orang-orang Bali bersantai, para pendatang jadi betah melihatnya, mereka merasa kehidupan orang Bali lebih santai.

"Banyak orang bilang, seperti orang-orang Jakarta katakan kalau hidup di Bali itu menyenangkan. Seperti libur terus, tidak sebising kerja di Jakarta. Memang culture Bali itu begitu, seperti culture petani," ujar Gde Aryantha.

Orang Indonesia terutama warga Bali punya beragam budaya yang unik dan menarik. Salah satunya yang paling mudah dijumpai yakni menaruh sesaji. Di berbagai tempat, kita bisa dengan mudahnya melihat keberadaan sesaji.

"Tradisi menaruh sesaji ini kan unik. Kalau orang luar lihat 'ngapain?' Di mana-mana ada sesaji. Ini sudah jadi ciri khas kehidupan orang Bali sehari-hari yang lekat dengan kesenian. Misalnya usai memasak, mereka menghaturkan sesaji. Kemudian ada hari-hari lain, seperti adanya hari raya di Bali," terangnya.

"Orang Bali itu memang manusianya seni, hidupnya seni, sehingga lekat dengan kesenian. Kesenian itu banyak mengandung entertainment, makanya orang betah. Ibarat jika mereka ingin cari hiburan, maka datang ke Bali saja, tidak perlu menonton seni pertunjukan khusus," imbuhnya.

Hidup orang Bali memang selalu lekat dengan kesenian. Menghaturkan sesaji, upacara di Pura, Ngaben, setiap lini kehidupannya sudah identik dengan seni. Hal ini jadi daya tarik atau hiburan bagi pendatang.

Dewa Tertinggi dilihat dari Urutan Panca Sembah

seperti yang telah diketahui, urutan panca sembah ada 5 point, yaitu sembah puyung, sembah kepada dewa surya, sembah kepada dewa yang dipuja, mohon anugrah dari para dewa tersebut dan ditutup dengan sembah puyung kembali.

merupakan sembah pertama kali, dengan tanpa sarana (puyung), mencakupkan tangan di depan kepala. jika dilihat dari mantranya " om atma tatwatma (tatwa atma)...." menunjukkan bahwa yang tertinggi itu adalah ATMA itu sendiri... sesuai dengan pokok-pokok keimanan agama hindu, dimana atma merupakan tuhan itu sendiri yang berada di dalam tubuh ciptaannya (manusia).

Sembah kedua menggunakan sarana bunga

sembah ini ditujukan kepada dewa surya. dan menurut pandangan secara umum, beliau dipuja karena sebagai saksi kehidupan serta karena beliau merupakan murid terbaik dari dewa siwa sehingga beliau diberi gelar hyang siwa raditya (surya murid dewa siwa).

tetapi, coba kita perhatikan kembali dari akar kata DEWA, dimana "div = sinar". bila dilihat dari kasat mata, apakah yang bersinar di sekeliling kita? sudah tentu ada 2 sumber sinar yaitu matahari dan api. mungkin inilah sebabnya, bila memuja dewa atau melakukan persembahyangan dewa surya tidak pernah luput dari pujaan begitupula

indikasi dewa surya sebagai dewa tertinggi dapat dilihat dari sastra dasa aksara, dimana disebutkan bahwa, 10 huruf suci kemujisatan itu adalah "Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya" dan bila dibaca dengan dialek bahasa bali maka akan terbaca "Sa Bete Ai, Nama Siwa ya" yang artinya asalkan bersinar terutama Matahari, bisa disebut sebagai siwa. pemahaman ini dikembangkan oleh sekta siwasidhanta yang dominan menguasai spiritual di bali. jadi Matahari alias Surya dilihat sebagai sesuatu utama.

tidak hanya dibali saja, bahkan dari jaman awal peradaban manusia, dewa surya dinobatkan sebagai dewa tertinggi, merupakan wakil tuhan.

, ia dipuja sebagai wajah Agni di angkasa (Ṛgveda X. 7. 3), matanya Mitra dan Varuṇa, sebagai dewanya mata atau maha melihat, sebagai pengukur hari (Ṛgveda 1. 50.7), sebagai pencipta segalanya (Ṛgveda 1. 170. 4), sebagai planet angkasa (Ṛgveda X. 177. 1), sebagai roda (Ṛgveda 1. 175.4), pemusnah kegelapan, penyembuh orang sakit dan sebagai pandita (Purohita) bagi para dewa (Ṛgveda VIII. 90.12). Kata Svar (Svah) sebagai asal kata Sūrya. Ia juga disebut Divakara (Atharvaveda IV. 10. 5. Ia digambarkan sebagai laki-laki berkulit hitam kemerah-merahan, memiliki tiga mata dan bertangan empat, dua tangannya memegang bunga teratai, dan dua yang lainnya dalam sikap memberi anugrah. Ia duduk di atas bunga padma (teratai merah) dan dari seluruh tubuhnya memancar cahaya. Ia dipuja setiap hari oleh para rohaniwan melalui pembacaan Gāyatrī mantram.

Dalam Viṣṇu Puraṇa dinyatakan mempunyai istri bemama Sangna, saudaranya Visvakarma, melahirkan tiga orang putra. Di dalam Bhavisya Puraṇa, ia disebut sebagai dewa tertinggi, sedang dalam Brahma Puraṇa ia disebut memiliki 12 nama, sesuai dengan nama 12 Āditya (Dvadasaditya). Kusir kreta dewa Sūrya benama Aruṇa, keretanya ditarik dengan 7 ekor kuda (mengingatkan warna cahaya yang dibiaskan) sedang dewi Candrā keretanya ditarik oleh 12 ekor kuda (mengingatkan 12 bulan setahun)

bila dilihat dari urutan tersebut diatas, dapat diperhatikan bahwa, Persembahan dewa surya mendapat posisi nomor 2, jadi memiliki posisi penting bagi warga Bali. disamping itu, stana Dewa surya selalu hadir dalam setiap upacara yadnya. disamping itu seorang sulinggih juga disebut sebagai surya bagi sisya-nya. dan sulinggih rutin melakukan pemujaan surya-sewana.

tergantung Tahapan Hidup dan Warna seseorang

tidak ada DEWA yang dipuja seumur hidup, bahkan menjadikan SATU DEWA sebagai Tuhan

kira-kira dimana kurangnya bali?

kenapa harus mecari-cari pembenaran kesana kemari?

kenapa tidak lebih mendalami hindu, daripada menyembah satu dewa tertinggi saja?

karena itu kesimpulan saya sebagai pemuda hindu bali yang sudah menikah, Dewa Tertinggi Orang Hindu Bali bagi saya pribadi yang layak kita puja saat ini adalah Sang Hyang Sri Dhana, beliaulah dewa bisnis, dewa kekayaan, yang disamakan dengan dewa kuwera, dewi laksmi.

kenapa kita harus memujanya?

karena saat ini, selama kita belum menginjak wanaprasta, belum siap meninggalkan tanggungjawab menjadi kepala keluarga, yang belum siap meninggalkan anak dan istri serta orang tau dan kerabat, yang belum siap bersikap adil dalam artian luas, UANG itu merupakan salah satu indikator utama jagathita dimasa grahasta, tanpa uang anak tidak sekolah, tanpa uang keluarga tidak makan, tanpa uang semua kegiatan terhenti, tanpa uang akan sulit melakukan yadnya dengan ikhlas... grahasta itu identik dengan Artha dan Kama, orang stres karena uang, orang bingung karena uang... Sang Hyang Sridhana lah sumber kebahagiaan...

tapi semua itu, dalam mencari jagathita tetap berpegang dengan dharma.

Guan Yu yang juga dikenali dengan nama gelarannya, Yunchang, adalah nama yang sudah tidak asing lagi bagi para peminat Hikayat Tiga Kerajaan. Beliau adalah seorang panglima tenter4 yang terkenal dalam sejarah China purba. Kehebatannya sangat luar biasa hingga selepas kem4tiannya, dia dianggap sebagai “dewa”.

Pada zaman moden, beliau dipuja dan dihormati kerana keberanian dan semangat setiakawannya.  Wataknya juga menjadi popular kerana sering diadaptasi dalam fiksyen sejarah, filem dan permainan video. Donnie Yen juga pernah membawa watak Guan Yu di dalam filem The Lost Bladesmen.

Tarikh kelahirannya tidak diketahui namun dia meninggal dunia sekitar 219M atau 220M. Guan Yu hidup semasa tahun-tahun terakhir Dinasti Han yang memerintah China selama 400 tahun.

Sepanjang hayatnya, beberapa siri peristiwa telah berlaku yang mengakibatkan kemunculan “Tiga Kerajaan” Wei, Wu dan Shu dan dia berkhidmat untuk Liu Bei, keturunan diraja Han yang akhirnya akan menjadi Raja Shu-Han.

Guan Yu adalah seorang lelaki yang mempunyai keberanian dan keterampilan fizikal yang kuat, dia pernah menjalani pembedahan yang serius di lengannya yang dilakukan ditengah jamuan.

Walaupun d4rah mengalir, dia bermain catur sambil makan dan minum dan tertawa seperti biasa jika menurut penulisan Rafe de Crespigny di dalam “A Biography And Dictionary Of Later Han To The Three Kingdoms”.

Tidak banyak maklumat diketahui mengenai awal kehidupannya.  Nama gelarannya pada mulanya adalah “Changsheng” tetapi kemudiannya diubah menjadi “Yunchang.”

Menurut rekod, dia disenaraikan berasal dari Hedong Commandery (juga dikenali sebagai wilayah pentadbiran). Dia digambarkan sebagai seorang yang bermuka merah, garang dan tidak pernah tunduk kepada sesiapa kecuali kepada Liu Bei dan Cao Cao.

Pada suatu ketika di akhir abad kedua, dia melarikan diri ke Zhou Commandery kerana nyawanya terancam dan bernaung di bawah Liu Bei.

Akhirnya Guan Yu, Liu Bei dan seorang lagi yang bernama Zhang Fei menjadi saudara seperjuangan, dengan ikrar kesetiaan yang mendalam antara satu sama lain, lalu menjadi legenda.

Menjadi Tawanan Per4ng Cao Cao

Perjuangan awal Liu Bei tidak berjalan lancar. Sekitar 200M, Guan Yu ditawan oleh Cao Cao, seorang penguasa yang akan mengawal sejumlah besar wilayah di utara China yang pada akhirnya akan membentuk Kerajaan Wei. Sebelum menyatukan seluruh China.

Cao Cao melayani Guan Yu dengan baik dan menjadikannya seorang leftenan di dalam tenter4 Wei. Namun, Guan tetap menganggap Liu Bei dan Zhang Fei sebagai saudara dan dia tidak akan mengkhianati mereka. Namun kerana layanan baik Cao Cao, dia tiada pilihan kerana terhutang budi, lalu dia membantu Cao Cao dalam kempen.

Menurut sejarawan China abad ke-11 Sima Guang, Guan memutuskan bahawa dia perlu melarikan diri dan kembali kepada Liu Bei, tetapi tidak sebelum membalas budi Cao Cao dahulu.

“Saya tahu bagaimana baik nya Yang Mulia (Cao Cao) yang murah hati telah melayani saya, tetapi saya adalah saudara sed4rah Panglima (Liu Bei) dan saya bersumpah untuk m4ti bersama dengannya. Akhirnya saya mesti pergi jua.”  (Terjemahan oleh Rafe de Crespigny, diterbitkan pada tahun 1969)

Untuk membalas budi Cao Cao dengan cara yang baik, Guan Yu memutuskan untuk membunvh seorang panglima musuh Wei bernama Yan Liang, yang berkhidmat untuk seorang warlord bernama Yuan Shao (saingan Cao Cao).

“Guan Yu melihat panji-panji Liang dari jauh. Dia menunggang kudanya dan mencabar Liang di hadapan sepuluh ribu orang tenter4nya. Dia memenggal kepala Liang dan kembali, tiada seorang pun dari tenter4 Yuan Shao dapat menahannya,” tulis Sima Guang.

Selepas pertempvran, dia melarikan diri dari kem Cao Cao untuk kembali kepada Liu Bei. Cao Cao dikatakan sangat kagum dengan kesetiaan dan kehebatan prinsip nya lalu memerintahkan pengawalnya untuk melepaskan Guan Yu pergi walaupun berat di hati Cao Cao untuk melepaskan pahlawan yang hebat itu.

Sepanjang dua dekad yang seterusnya, Guan Yu telah bekerjasama dengan Liu Bei dalam banyak siri kempen ketenter4an yang akhirnya akan membawa kepada penubuhan Kerajaan Shu-Han.

Rekod menunjukkan bahawa dia mahir dalam pertempvran laut. Dalam 208M, selepas kem4tian panglima Liu Biao, dia mengambil alih kawalan ke atas armada per4ng di Sungai Han dan mengetuai mereka di Chibi dalam usaha menghalang tenter4 Cao Cao yang sedang mara ke selatan yang cuba menyatukan seluruh China dengan memvsnahkan pasukan Liu Bei (Shu) dan Sun Quan (Wu) yang telah membentuk satu perikatan.

Pertempvran itu adalah bencana besar untuk Cao Cao dan dia mengalami kekalahan teruk yang mencetuskan kelahiran tiga kerajaan untuk jangka masa yang panjang. iaitu Wei, Shu-Han, dan Wu. Shu-Han merupakan legasi d4rah Dinasti Han.

Bagi Liu Bei mengukuh kedudukannya, dia diangkat sebagai Raja Shu dan dianggap sebagai mewarisi takhta maharaja Han selepas kem4tian Maharaja Xian. Guan Yu dilantik sebagai panglima barisan hadapan atau “Van General”, sesuatu yang dia sendiri tidak suka kerana pangkat itu setaraf dengan seorang lelaki bernama Huang Chung yang tidak disenanginya.

“Saya lebih baik daripada si bodoh itu!”  Guan Yu dikatakan melenting apabila dia mendengar bahawa dia mendapat kedudukan yang sama seperti Huang (akhirnya Guan bersetuju untuk menerima pelantikan itu).

Kempen Terakhir Di Fancheng

Sekitar 219M, Guan Yu mengetuai tenter4 Liu Bei dalam ser4ngan ke atas Fancheng, sebuah kota yang dikawal Cao Cao. Ketika mengetuai pengepungan itu, beliau bimbang jika pasukan Sun Quan akan mengkhianati dan menyer4ngnya (pakatan antara Liu Bei dan Sun Quan telah mulai retak selepas Pertempvran Chibi).

Kerana kebimbangan yang tidak berasas, dia memprovokasi tenter4 Wu hingga seorang panglima Wu, Lu Meng, mula menentangnya. “Guan Yu berani dan berpengaruh, agak sukar untuk menandinginya. Dia telah memegang wilayah Jing dan dia menguasai dengan sifat kebaikan dan kesetiaan.”, kata Lu Meng berdasarkan sejarah.

Sima Guang menulis bahawa Guan Yu memburukkan keadaan dengan merampas bekalan makanan dari stor tenter4 Sun Quan tanpa kebenaran ketika pengepungan Fancheng.  Sun merancang untuk menghukum Guan.

Dia menggantikan posisi Lu Meng dengan seorang lelaki yang dianggap Guan tidak menimbulkan ancaman. Ini menyebabkan Guan menarik balik tenter4 dari barisan belakangnya untuk membantu pengepungan. Sun mengutus surat kepada Cao Cao untuk melancarkan ser4ngan bersama terhadap Guan.

Cao Cao memutuskan untuk menyebarkan surat Sun Quan, dengan harapan bahawa Guan Yu akan meninggalkan pengepungan Fancheng untuk melawan Sun (Cao Cao ingin membuat musuh-musuhnya berper4ng antara satu sama lain).

Guan Yu menganggap surat itu palsu dan terus mengepungnya, sementara Lu Meng menyer4ng kedudukan rearguard Guan Yu yang lemah dan menghapuskannya sebelum surat itu sampai kepada Guan.

Ketika barisan belakangnya diser4ng, pengepungan Guan Yu di Fancheng sedang gagal. ser4ngan balas oleh pasukan Cao Cao memaksa Guan Yu berundur. Ketika itu Guan Yu mula sedar dirinya sedang memerintah satu pasukan yang lemah di antara dua pasukan musuh, iaitu Cao Cao dan Sun Quan.

Pertempvran Jiangling

Lu Meng, panglima Sun Quan, membuat keadaan Guan Yu lebih buruk dengan menawan kota Jiangling, yang menempatkan ramai keluarga pegawai-pegawai Guan Yu.

Lu Meng melayani mereka dengan baik sambil memastikan bahawa tenter4 Guan Yu mengetahui apa yang berlaku.

“Semua orang tahu bahawa keluarga mereka tidak mendatangkan kemudaratan dan bahkan diperlakukan dengan baik pada waktu tenang sehingga askar Guan Yu kurang berminat untuk berper4ng,” tulis Sima Guang. Ini mendorong askar Guan Yu melarikan diri hingga mengecilkan lagi kekuatan Guan Yu.

Guan Yu masih menolak tawaran untuk menyerah, hingga pada satu ketika dia dan pasukannya berpura-pura menyerah kepada tenter4 Sun Quan sebelum melarikan diri. Akhirnya, saki baki pasukannya dikejar hingga terper4ngkap, anaknya, Guan Ping ditangkap dan dibunvh, manakala Guan Yu membunvh diri sebelum kepalanya dipengg4l oleh Lu Meng.

Sun Quan yang marah dengan tindakan Lu Meng telah bertindak membunvh Lu Meng, kemudian menghantar kepala Guan Yu kepada Cao Cao kerana kebimbangan Sun terhadap ancaman amukan Liu Bei apabila mengetahui kem4tian Guan Yu itu, dengan menghantar kepala Guan Yu kepada Cao Cao, Sun Quan berharap Liu Bei akan menyangka Guan Yu dibunvh oleh Cao Cao.

Guanlin menjadi tempat bersemadinya kepala Guan Yu. Selepas dia ditangkap dan dipengg4l oleh orang Sun Quan, kepala itu dihantar kepada Cao Cao untuk mengalihkan kesalahannya.

Cao Cao tidak mudah diperdayakan, lantas mengarahkan pegawainya mengadakan majlis pengebumian yang paling besar dan terhormat untuk Guan Yu sebagai pengebumian yang sesuai untuk seorang pahlawan.

Cao Cao mengarahkan badannya diperbuat dan diukir dengan kayu lalu dikebumikan bersama kepala supaya Guan Yu m4yatnya kelihatan sempurna. Sudah tentu, ia juga merupakan suatu agenda licik Cao Cao untuk memecahkan pakatab antara Negeri Wu dan Shu. Ini dibuktikan berdasarkan catatan inskripsi yang tertulis pada dinding makam Guan Yu.

Guan Yu Menjadi “Dewa Per4ng”

Selepas kem4tiannya, Guan Yu menjadi legenda dan dipuja sebagai dewa yang suci. Beratus-ratus tahun kemudian, apabila Dinasti Tang berkuasa di China, Guan Yu diberi penghormatan atas “kesetiaan”nya kepada tuannya, Liu Bei.

Ini berdasarkan penulisan Whalen Lai, profesor emeritus pengajian agama di University of California Davis, dalam  “Encyclopedia Of Asians Philosophy” (Routledge, 2001).

Semasa abad ke-10, ketika China sekali lagi berpecah kepada kerajaan-kerajaan yang berper4ng, kultus Guan Yu berkembang. “Kesetiaan peribadi kepada tuan adalah kehidupan abadi”. Pada abad ke-14, novel yang berjudul “Romance of Three Kingdoms” turut menyelitkan eksploitasi hikayat Guan Yu, semakin meningkatkan popularitinya.

Pada sudut yang lain, dia dijadikan dewa per4ng dan dihormati hari ini sebagai simbol kesetiaan, kebenaran dan keberanian. Dia dirujuk sebagai Guan Gong (Lord Guan) atau Guan Di (Maharaja Guan).

Patungnya diletakkan di banyak kuil Taoist pada zaman sekarang, beliau dijadikan simbol spiritual oleh agamawan Cina moden dan  simbol kesetiaan yang dipuja kumpulan-kumpulan kongsi gelap di Hong Kong, Taiwan dan Malaysia.

Beliau juga merupakan tokoh yang dihormati dalam agama Buddha, Confucianism dan agama masyarakat Cina.

Pada tahun 2008 dan 2009, sebuah filem sejarah B4ttle Of Red Cliffs telah dilancarkan dalam dua bahagian dan menampilkan pelakon Mongolia dari keturunan Genghis Khan, Batdorj-in Baasanjab berlakon sebagai Guan Yu.

Donnie Yen melakonkan wataknya di dalam filem The Lost Bladesmen, dan Ringgo Yu membawa watak Guan Yu di dalam drama bersiri 98 episod, War Of Three Kingdoms.

Di Jepun dan Barat, watak beliau juga menjadi sangat popular dalam siri permainan video yang dihasilkan oleh syarikat Koei iaitu Dynasty Warriors. Permainan video ini menekankan kebolehannya sebagai seorang pahlawan sakti.

Perhatian sebentar… — Sejak 2012, kami bersungguh menyediakan bacaan digital secara percuma di laman ini dan akan terus mengadakannya selaras dengan misi kami memandaikan anak bangsa.

Namun menyediakan bacaan secara percuma memerlukan perbelanjaan tinggi yang berterusan dan kami sangat mengalu-alukan anda untuk terus menyokong perjuangan kami.

Tidak seperti yang lain, The Patriots tidak dimiliki oleh jutawan mahupun politikus, maka kandungan yang dihasilkan sentiasa bebas dari pengaruh politik dan komersial. Ini mendorong kami untuk terus mencari kebenaran tanpa rasa takut supaya nikmat ilmu dapat dikongsi bersama.

Kini, kami amat memerlukan sokongan anda walaupun kami faham tidak semua orang mampu untuk membayar kandungan. Tetapi dengan sokongan anda, sedikit sebanyak dapat membantu perbelanjaan kami dalam meluaskan lagi bacaan percuma yang bermanfaat untuk tahun 2024 ini dan seterusnya. Meskipun anda mungkin tidak mampu, kami tetap mengalu-alukan anda sebagai pembaca.

Sokong The Patriots dari serendah RM2.00, dan ia hanya mengambil masa seminit sahaja. Jika anda berkemampuan lebih, mohon pertimbangkan untuk menyokong kami dengan jumlah yang disediakan. Terima kasih. Moving forward as one.

Pilih jumlah sumbangan yang ingin diberikan di bawah.

RM2 / RM5 / RM10 / RM50 — Terima kasih

Pulau Bali, seolah tak akan ada habisnya membicarakan keindahannya dari segala aspek. Pulau ini begitu eksotis menawarkan kecantikan baik pemandangan hingga ramah tamah para penduduk aslinya. Rupanya ada beberapa kebiasaan orang Bali yang mampu membuat para turis merasa nyaman, lho! Simak berikut ini 10 sifat orang Bali yang jadi salah satu faktor berkembangnya industri pariwisata setempat.

Setiap Budaya punya Arti

Setiap budaya masyarakat Bali itu lekat dengan seni instalasi. Sebutlah beberapa bangunan yang identik dengan budaya Bali, seolah memang terlahir untuk seni instalasi. Uniknya, setiap budaya menyimpan arti masing-masing. Salah satunya sesaji yang diletakkan di berbagai tempat.

"Ada banyak pengertian dalam budaya menaruh sesaji. Biasanya karena orang Bali punya tradisi dari dulu yang hingga sekarang masih berlanjut. Salah satunya ialah sesudah menanak nasi, mereka menghaturkan sesaji dari nasi yang ditanak untuk dibawa keliling rumah. Taruh di depan rumah, samping dapur, samping saluran air, hal ini sebagai tanda terima kasih," ujar Gde Aryantha.

Sudah menjadi tradisi orang Bali usai memasak nasi, sebelum makan mereka akan menghaturkan sesaji dulu keliling rumah. Sesaji yang dimasak itu menggunakan daun, baru kemudian sesaji dimakan.

"Setelah mereka makan malam, makan siang, sudah tidak lagi berdoa di meja makan. Sebab orang Bali sejak zaman dahulu tidak biasa makan di meja, mereka terbiasa jongkok. Orang modern baru makan di meja," cerita Gde Aryantha.

Masyarakat Bali Bisa Bahasa Inggris

Mengingat Bali yang selalu menjadi destinasi wisata, membuat mayoritas warganya pun jadi bisa berbahasa inggris. Meskipun mungkin tidak terlalu fasih, namun bisa dikatakan para turis mancanegara nyambung saat berbicara dengan penduduk setempat. Mereka belajar bahasa Inggris secara otodidak karena tuntutan pariwisata yang berkaitan dengan sumber perekonomian mereka.

Keindahan Alam yang 'Nyeni'

Bicara soal keindahan alam, sudah tak diragukan lagi. Bali memang selalu jadi tujuan berwisata. Mulai dari pantainya, beberapa bangunan yang kental dengan budaya Bali, hingga wisata kulinernya. Seolah tak ada habisnya membicarakan keindahan Bali, bahkan keindahan daerahnya pun menyimpan seni.

Lihat saja keberadaan Pura dan bagaimana penduduk setempat menjalani hidup dengan sajian alamnya. Seolah mereka saling berintegrasi, antara keindahan alam, kebudayaan, dan cara mereka menjalani hidup.

"Sesuatu yang mampu membuat turis kembali datang ke Bali itu tak melulu keindahannya. Tapi tradisinya, kebiasaannya, kebudayaan mereka itu sudah kesenian. Orang Bali saban hari itu berkesenian. Menurut saya orang yang paling hidup dengan kesenian itu hanya orang Bali. Jangan dilawan deh orang Bali," ujar Gde Aryantha sembari tertawa.

Menyuguhkan Sesuatu yang Beda

Begitu Anda menginjakkan kaki ke Pulau Dewata, pasti akan terasa sesuatu hal yang berbeda dan unik. Hal ini karena ada begitu banyak ciri khas yang membedakan Bali dengan daerah lainnya. Salah satunya ada sapi Bali.

Dilansir dari laman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, sapi Bali merupakan sapi asli dan murni Indonesia, merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng). Salah satu ciri yang paling mudah diamati yakni bentuk badan yang kompak padat, sintal, dan tidak berpunuk. Warna bulu badan sapi betina dan pedet atau godel jantan maupun betina berwarna merah bata. Sedangkan sapi jantan berwarna hitam.

"Itu kan sudah keistimewaan. Sapi Bali itu sapi unik, kemudian ada jalak Bali, hanya Bali yang punya. Nah itulah keunikan-keunikan bali, jadi yang membuat orang senang kembali menikmati Bali itu karena keunikannya. Ditambah mungkin juga senyum orang Bali beda dengan orang Jawa, Bandung, atau Surabaya," ceritanya sambil tertawa kecil.

Punya Ciri Khas pada Kediamannya

Jika mungkin ada pendapat bahwa orang Bali sampai menyiapkan kamar kosong untuk tamu menginap, hal ini dibantah oleh Gde Aryantha. Ia mengatakan bahwa orang Bali justru tidak punya kamar atau ruang tersendiri untuk tamu.

"Kalau melihat rumah-rumah orang Bali di Desa, tradisi yang asli tidak ada ruang tamunya. Jadi kalau datang ke tempat saya, kampung halaman saya yang masih tradisi Bali, penataan pekarangan ya tidak ada ruang tamu," ungkapnya.

Hal ini justru jadi ciri khas yang lagi-lagi menjadi keunikan. Sekarang, beberapa rumah sudah mengusung tema modern sehingga sudah lebih ditata. Disampaikan oleh Gde Aryantha, bahwa sebetulnya tidak adanya ruang untuk tamu juga ditemukan di beberapa rumah adat salah satunya Joglo.

"Bisa mengkaji arsitektur Bali. Arsitektur Bali tidak mengenal ruang untuk tamu, kamar tamu pun enggak ada. Jadi tamu diterima tapi di halaman, di bangunan yang sudah ada, di depan dapur, dan yang lainnya. Tidak ada khusus ruang tamu untuk menerima tamu," kuaknya.

Dewa Tertinggi berdasarkan Catur Asrama

seperti yang telah diketahui, catur asrama merupakan tahapan hidup seseorang, dimana seorang manusia baiknya mengawali hidupnya dengan tahap belajar, kemudian dilanjutkan ke tahap berrumah tangga, tahap melepaskan diri dari ikatan keluarga dan terakhir tahap menjadi seorang sepiritual.

adapun dewa-dewa yang dipuja setiap tahap pastilah berbeda, mungkin sama tetapi harusnya berbeda, karena fungsi dewa/dewi yang dipuja pastilah berbeda, contohnya:

Dewa Tertinggi pada tahap brahmacari,

Brahmacari merupakan tahap belajar, dimana tahap belajar ini dilakukan seumur hidup kita, sehingga yang dipuja adalah yang berkaitan dengan pusat-pusat inspirasi dan pengetahun. sehingga, misalnya bagi seseorang yang masih pada tahap belajar, menjadi murid ataupun mahasiswa, dewa tertingginya adalah Dewi Saraswati.

Dewa Tertinggi pada tahap Grahasta,

Grahasta adalah tahapan hidup membangun keluarga, bermasyarakat serta bersosialisasi. tahap grahasta ini merupakan tahap melakukan praktek atas apa yang dipelajari saat brahmacari. sehingga dapat dikatakan bahwa brahmacari merupakan tahap awal grahasta.

pada tahap ini, untuk ukuran dijaman sekarang, tujuan tertinggi dalam tahap grahasta adalah untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang disekeliling kita, disamping menyumbangkan pikiran serta uang (artha) sangatlah penting, karena itu carilah uang sebanyak-banyaknya, bahagiakan dirimu, keluargamu dan bersosialisasilah, baik dalam banjar, desa adat serta dilingkungan-keseharianmu dan jaga semua itu dengan dharma.

pada tahap grahasta inilah awal normalnya awal terbentuknya catur warna. jadi Dewa tertinggi pada saat grahasta pasti akan berbeda-beda, karena disesuaikan dengan profesi yang sedang dilakoni.

mengenai penentuan jenis profesi hidup, silahkan baca: "

begitupula profesi-profesi lainnya, pasti akan berbeda-beda dewa tertinggi setiap orang, karena berhubungan dengan profesi yang dijalani.

Dewa utama pada tahap wanaprasta,

pada tahap ini, diharapkan umat hindu sudah banyak pengalaman, karena sudah melewati masa brahmacari dan grahasta, diharapkan umat sudah bisa lebih bijaksana, menekankan penyebaran ajaran, menjadi pemuka agama ataupun adat, memberi contoh dalam menjalani kehidupan. wanaprasta tidaklah harus kehutan berpuasa serta berlajar menghindari buas-nya kehidupan hutan, tetapi lihatlah hutan tersebut sebagai pergaulan, yang lebih buas dari harimau, puasalah di lingkungan anda, tidak hanya puasa tidak makan seperti dihutan tetapi puasa mengendalikan indria, keinginan dan ego. sehinga dewa yang dipuja berkaitan dengan kebijaksanaan, seperti dewa siwa, ganesha, gayatri dll

Dewa utama pada masa Sanyasin/biksuka

tahap akhir adalah sanyasin, merupakan tahap dimana seseorang benar-benar melepaskan ikatan duniawi dan mulai mendalami spiritual keagamaan, dimana dibali lebih dikenal sebagai kelompok sulinggih.

mungkin akan ada pertanyaan, berarti apakah setiap umat hindu wajib menjadi sulinggih? jawabannya IYA, tapi mampukah anda..?

dilihat dari tugasnya, sanyasin hanya bertapa, meditasi, melakukan pendekatan diri kepada tuhan? apa-bedanya dengan para sulinggih, yang rutinitasnya nyurya-sewana tiap pagi, siang, sore serta acara-acara muput yadnya lainnya. seorang sanyasin hanya menggantungkan hidupnya dari sedekah, karena itu sebagai umat yang memahami dharma wajib menghaturkan punia kepada para sanyasin sebagai salahsatu wujud dari rsi yadnya. secara samar dihaturkan punia oleh orang-orang yang meminta beliau untuk muput yadnya. tapi memang realitanya, banyak pendeta/sulinggih yang sengaja meminta-minta derma, dengan alasan  muput yadnya tetapi punianya ditarifkan.

melihat tugas pokok dari sanyasin, maka dapat dipaparkan bahwa dewa utama yang dipuja adalah dewa siwa, yang selalu meditasi untuk keselamatan dunia atau dewa surya yang selalu memberikan pencerahan.